Blog Nur Akhwan

Blog Nur Akhwan - Blog tentang Pemrograman Web dengan Bahasa PHP, Download Gratis Aplikasi Web PHP

Assalamu'alaikum warah matullohi wabarakatuh. 

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh, karenaNya masih diberi kenikmatan kesehatan dan kekuatan untuk sampai pada (yang sangat tidak terasa) pertengahan bulan Ramadhan tahun ini. 

Bulan Ramadhan tahun ini merupakan bulan Ramadhan yang sangat spesial. Ada dua even besar yang sangat mengguncang Indonesia, khususnya, yaitu Piala Dunia dan Piala Presiden (eh, maksudnya Pemilu Presiden). Dua peristiwa besar tersebut, malah tidak menambah suasana khusuknya bulan Ramadhan, kan ya gan.. ? (padahal, tidak ada kedua acara tersebut, ane juga nggak menjamin, ane bisa khusyuk, gan.. :D, maklum newbie, urusan agama :D). Sebagai contoh, banyak kampanye-kampanye hitam sebelum Pilpres yang , yang tentunya itu merupakan sebuah perbuatan  dosa, karena menyebarkan keburukan orang lain. Apalagi disebarkan di media sosial, yang jangkauan penerima informasinya sangat luas, otomatis dosanya juga semakin tambah banyak, daripada jika kita ngomongnya sama temen sendiri, kan..? (coro bodon, orang jawa bilang). Terus kalau Piala Dunia, tu ya, rata-rata pas saur, nah kan, ane sering lebih suka nongkrongin TV, daripada nongkrong di masjid buat sholat subuh. Ya to gan. Sebagai warga negara yang baik, pada Pilpres ini, saya tidak golput. Kebetulan di TPS ane, TPS 9, dusun Sumoroto, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta (lengkap, sesuai KTP), letaknya di pusat balai Desa Sidoharjo, jadi hansip yang ditugaskan di sini lebih banyak. Kalau gak salah, ada sekitar 3 hansip (yang ane temuin), dibantu 2 polisi dari polsek. Setelah mencoblos, ane langsung pulang, gan, takut dikejar awak media, padahal kebetulan tidak diliput media massa, jadi tidak masuk TV, takut riya .. :D. 

Hansip. Sumber : republika.co.id

Ok, skip, dulu gan, pengantarnya, malah ndak nyambung nanti. Ane mau share cerita di balik hingar bingar Pemilu, ada sesosok atau banyak sosok, yang seringkali luput dari perhatian kita. Dia adalah Pak atau Bu Hansip (emansipasi wanita, gan, soalnya banyak juga hansip yang wanita, loh). Sosok gagah pemberani, terdepan mengamankan. Sosok mereka sangat mudah kita kenali dari seragamnya yang khas, baju hijau, celana hijau, pake sepatu boot tentara, topi, dan tentunya juga Pentungan. Sekilas memang tampak serem memang gitu, gan. Tapi ya, namanya tuntutan peran, sebagai penjaga keamanan saat pemilu gitu, ya harus serem. Kalau gak serem namanya mau ngelawak, kali ya.. ? Ya, dunia perlawakan seringkali menampilkan sosok hansip ini, namun dengan gambaran yang kurang lebih “diremehkan”. Di dunia hiburan, sosok hansip sepertinya adalah seorang yang bertugas di pos ronda, tidur-tiduran, main skak, main kartu. Seringkali sebagai obyek kekesalan orang lain, dan lebih tepatnya hampir seperti pesuruh. Kejam sekali dunia hiburan itu menempatkan sosok hansip ini, jauh dari kesan mendidik bagaimana menghargai dan mengetahui lebih lanjut sosok hansip ini. Perannya sangat vital, hampir setiap perhelatan politik, semisal Pemilu Caleg, Pemilu Presiden, Pemilihan Bupati, (di Jogja yang ISTIMEWA, tidak ada pemilihan Gubernur, ya..) dan Pilihan Kepala Desa, sosok HANSIP ini tidak pernah absen, dan wajib ada. Selain itu di acara misalnya ada kunjungan orang penting ke desa, pak/bu HANSIP ini siap mengamankan situasi. Di tingkat dusun, semisal ada acara nikahan, rame-rame, mereka juga sering dimintai bantuan. 

Siangnya sekitar habis dhuhur, saya kembali ke TPS, untuk melihat penghitungan suara. Mereka sibuk, melihat perhitungan suara, saya memilih di luar TPS, tidak tertarik buat masuk, toh nantinya juga diumumkan. Saya memang sudah berniat dari rumah buat menggali lebih banyak informasi seputar hansip ini, atau istilahnya wawancara, gitu. Ada kursi kosong di pos hansip. Kebetulan beberapa hansip, saya sudah kenal baik, secara tetangga gan.. :D. Yang satu bernama Pak Jatun, dan Pak Jimat (duet J), dan satunya lagi Ibu siapa, ane kurang begitu tahu, karena tidak satu dusun. Dilihat dari usianya, sepertinya ketiganya tidak muda lagi, sekitar 50 tahunan. Secara, hampir sulit, pada dekade ini untuk menemui hansip yang masih muda-muda.

Suasana siang yang panas, ditambah bulan puasa, terbukti tidak menyurutkan semangat mereka untuk standby menjaga pelaksanaan pilpres di sini. Dari informasi yang saya gali, mereka bertugas dengan sistem shift, dimulai dari pagi hari, satu hari sebelum hari H pilpres, untuk mendampingi dan mengamankan proses distribusi surat suara. Kebetulan mereka bertiga mendapatkan jatah shif, pada hari H pilpres ini, sampai nanti maghrib. 

Lanjut mengorek informasi dari mereka, mereka rata-rata sudah bertugas menjadi hansip sejak puluhan tahun yang lalu. Bapak Jatun, menjadi hansip dimulai sekitar tahun 1965an. Berarti hampir setengah abad gan, mereka bertugas (muke gilee... ). Sementara Bapak Jimat, dimulai sekitar tahun 80an, atau sekitar 30 tahunan, ya. Dan ibu yang satunya (sumpah ane, belum sempat tanya namanya), dimulai dari tahun 90an. besar. Sepertinya mereka bertiga berbeda generasi. Pak Jatun, berarti bertugas sejak zaman PKI, yang artinya pada saat itu resiko gangguan keamanan lebih tinggi dibandingkan sekarang. Tapi beliau bersyukur, bisa bertahan menjadi hansip sampai saat ini, merupakan bukti bahwa Alloh SWT, masih memberikan rahmat dan kemudahan bagi beliau dalam bertugas menjadi hansip. Mengenai perekrutan menjadi Hansip, Pak Jatun, yang paling senior, mengatakan bahwa dulu, menjadi hansip kalau sekarang prosesnya mirip seperti mendaftar tentara. Harus diseleksi baik dari fisik maupun mental, dan hanya peserta seleksi yang memenuhi syarat, yang dapat menjadi hansip ini. Tesnya adalah dulu di kota kabupaten, yaitu di Wates, Kulon Progo. Kebetulan beliau terpilih menjadi hansip itu sebagai salah satu wakil dari Kecamatan Samigaluh. Ada beberapa temannya juga dari Samigaluh yang lolos saat itu. Nah, di tingkat kecamatan, beliau ini adalah sebagai pembina dari hansip hansip di tingkat desa seperti Pak Jimat dan lain-lain. Istilahnya kalau sekarang adalah seniornya, kalau di pramuka Kakak Pembina, kali ya.. ? Beliau pada saat itu bertugas, memberikan pelatihan-pelatihan seputar per-hansip-an kepada “junior-juniornya” di tingkat kecamatan.

Hansip yang sering kita sebut saat ini, dulu namanya bukan hansip. Banyak versi, namanya. Ada WANRA (Perlawanan Rakyat), kemudian KAMRA (Keamanan Rakyat).Yang Wanra yang membina adalah tentara, dan Kamra yang membina adalah polisi. Kemudian keduanya bersatu menjadi HANSIP seperti yang kita sebut selama ini, yang artinya Pertahanan Sipil, dan yang terbaru saat ini namanya adalah LINMAS (Perlindungan Masyarakat). Nah ini yang mungkin belum pada tahu, jangan sebut mereka Hansip, tapi Linmas.. Semuanya sama, bertugas melindungi masyarakat, di lingkup yang lebih kecil yaitu desa atau dusun. Nah, yang menjadi pertanyaan ane, dimana tugas polisi dan tentara, jika tugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di tingkat dusun sudah diambil alih oleh Linmas ini..? Padahal polisi dan tentara yang jelas-jelas sudah diakui oleh negara, dan pastinya digaji rutin oleh negara. 

Nah, ngomongin soal gaji rutin Bapak dan Ibu Linmas ini, ternyata kalau jaman dulu, menurut penuturan bapak Jatun tadi, tidak pernah digaji secara rutin oleh negara. Mereka hanya menerima bayaran jika mendapatkan tugas tugas seperti even pemilu ini sampai saat ini. Yang mereka dapatkan rutin adalah seragam, beserta perlengkapannya. Itupun kalau dulu, sampai 5 tahun, untuk mendapatkan “dun-dunan” baju dan perlengkapannya ini. Kalau sekarang, hampir setiap tahun selalu mendapatkan baju dan perlengkapannya dari pemerintah kabupaten. Dan juga setiap idul fitri mendapatkan bingkisan hari raya. 

Kesehariannya para hansip ini, mempunyai profesi utama. Nggak mungkin kan, kalau harus hidup dengan mengandalkan penghasilan dari menjadi Linmas ini, yang gajinya tidak tentu. Sama seperti warga desa kami secara umum, ketiganya berprofesi utama sebagai petani, sekaligus peternak dan pekebun. Yah memang banyak profesinya, tapi hasilnya, kalau dibandingkan dengan buruh, lebih sedikit gan. 

Ya, memang begitulah realitanya, gan. Dibalik gemerlapnya gedung DPR beserta anggota-anggota dewannya, ada cerita tentang dedikasi tanpa pamrih, saat proses pemilihan anggota legislatif ini, yang mungkin barangkali mereka tidak tahu, atau tidak pernah memikirkan nasib para LINMAS ini. 

Sekian dari ane, tambahan pengertian dari HANSIP menurut Wikipedia :


HansipDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasHansip adalah satuan keamanan di Indonesia. Kata hansip sendiri adalah kependekan dari Pertahanan Sipil. Saat ini Hansip berubah menjadi Linmas.Pihak militer memberikan pelatihan bagi Hansip dan memberi mereka persenjataan. Pasukan Hansip dibentuk di setiap desa, anggotanya diangkat dari masyarakat. Sistem pertahanan dan keamanan nasional Indonesia diadasarkan atas prinsip "pertahanan dan keamanan secara menyeluruh" yang berarti bahwa Angkatan Bersenjata dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan sama-sama bertanggung jawab dapat menjaga keamanan dan pertahanan negara. Organisasi Pertahanan oleh masyarakat sipil bertanggung jawab atas hal-hal yang terkait dengan keamanan dan keteraturan dan harus membantu rakyat di pedesaan dalam kondisi darurat. Hansip berada di bawah pengawasan Bupati dan Gubernur pemerintah daerah.
Dasar hukum dari pembentukan milisi sipil adalah Undang-undang No. 20/1982 mengenai Pokok-Pokok Keamanan dan Pertahanan Negara, yang mengakui hak setiap warga negara untuk membela negara.
Milisi-milisi bentukan pemerintahDi antara organisasi milisi yang dibentuk oleh pemerintah antara lain:1. Hansip (Pertahanan Sipil), di bawah Departmen Dalam Negeri untuk kepentingan "keamanan total"2. Wanra (Perlawanan Rakyat), di bawah komando militer dan khususnya untuk mengatasi "ancaman eksternal."3. Kamra (Keamanan Rakyat), berada di bawah komando polisi, khusus untuk menangani konflik dalam negeri4. Pam Swakarsa (Milisi beranggotakan masyarakat secara sukarela)5. Kotib (Kota Tertib), Banpol (Bantuan Polisi), dan Potmas (Potensi Masyarakat) yang dinaungi oleh polda Metro Jaya.  

Wassalam..